Bojonegoro sebagai sebuah kota kecil tidak banyak dikenal publik. Bojonegoro termasuk kabupaten yang terletak di ujung barat Jawa Timur, berbatasan langsung dengan Kabupaten Blora di sebelah barat. Bengawan Solo yang melintasi Bojonegoro seakan menjadi karakter utama kota ini. Mungkin jika pernah mendengar lirik lagu bengawan solo ciptaan Gesang di bawah ini kita bisa sedikit membayangkan keadaan alam kota Bojonegoro:
…
di musim kemarau nestapa airmu
di musim kujan sayang, airmu meluap sampai jauh
…
begitulah, Bojonegoro bisa dikatakan sebagai kota yang gersang apabila di musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan Bojonegoro harus selalu siaga untuk menerima luapan air bengawan solo.
Lantas apa hubungan antara luapan air bengawan solo dengan jembatan kali kethek?
Jembatan Kali Kethek merupakan jembatan terpanjang di sepanjang sungai bengawan solo yang melintas di kota Bojonegoro. Kali Kethek berarti sungai monyet, entah bagaimana sebab musababnya bisa diberi nama seperti itu penulis belum pernah sempat bertanya kepada penduduk sekitar. Jembatan kali kethek menyimpan jutaan kenangan bagi penduduk Tuban dan Bojonegoro, terutama yang berada di sekitarnya. Apabila banjir terjadi, hampir seluruh rumah yang berada di bawahnya terendam air luapan Bengawan Solo dan hanya Jembatan kali Kethek-lah yang masih menunjukkan kekokohannya.
Jembatan Kali Kethek memiliki eksotismenya sendiri. Bayangan shiluet jembatan ketika matahari akan terbenam merupakan pemandangan yang sangat indah dan menentramkan. Jembatan ini menjadi saksi bisu atas hidup-mati perjuangan rakyat Bojonegoro dan Tuban. Setiap silangan-silangan baja yang ada padanya memiliki cerita masing-masing.
Di balik cerita indahnya Jembatan Kali Kethek juga memiliki banyak cerita menyedihkan. Jembatan Kali Kethek ini, hingga kini masih dianggap sebagai tempat favorit bagi mereka yang putus asa dalam hidup untuk meregang nyawa. Banyak kasus bunuh diri terjadi di sini. Bisa dibilang inilah Golden Gate-nya Bojonegoro, tempat terindah untuk melepas masalah, bunuh diri.
Seperti itulah, Bojonegoro - Bengawan Solo - Jembatan Kali Kethek, tak bisa dipisahkan.
Jembatan Kali Kethek memiliki eksotismenya sendiri. Bayangan shiluet jembatan ketika matahari akan terbenam merupakan pemandangan yang sangat indah dan menentramkan. Jembatan ini menjadi saksi bisu atas hidup-mati perjuangan rakyat Bojonegoro dan Tuban. Setiap silangan-silangan baja yang ada padanya memiliki cerita masing-masing.
Di balik cerita indahnya Jembatan Kali Kethek juga memiliki banyak cerita menyedihkan. Jembatan Kali Kethek ini, hingga kini masih dianggap sebagai tempat favorit bagi mereka yang putus asa dalam hidup untuk meregang nyawa. Banyak kasus bunuh diri terjadi di sini. Bisa dibilang inilah Golden Gate-nya Bojonegoro, tempat terindah untuk melepas masalah, bunuh diri.
Seperti itulah, Bojonegoro - Bengawan Solo - Jembatan Kali Kethek, tak bisa dipisahkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar