Rabu, 23 Maret 2011

Bojonegoro, Bengawan Solo, dan Jembatan Kali Kethek


Bojonegoro sebagai sebuah kota kecil tidak banyak dikenal publik. Bojonegoro termasuk kabupaten yang terletak di ujung barat Jawa Timur, berbatasan langsung dengan Kabupaten Blora di sebelah barat. Bengawan Solo yang melintasi Bojonegoro seakan menjadi karakter utama kota ini. Mungkin jika pernah mendengar lirik lagu bengawan solo ciptaan Gesang  di bawah ini kita bisa sedikit membayangkan keadaan alam kota Bojonegoro:
di musim kemarau nestapa airmu
di musim kujan sayang, airmu meluap sampai jauh
begitulah, Bojonegoro bisa dikatakan sebagai kota yang gersang apabila di musim kemarau, sedangkan pada musim penghujan Bojonegoro harus selalu siaga untuk menerima luapan air bengawan solo.
Lantas apa hubungan antara luapan air bengawan solo dengan jembatan kali kethek?
Jembatan Kali Kethek merupakan jembatan terpanjang di sepanjang sungai bengawan solo yang melintas di kota Bojonegoro.  Kali Kethek berarti sungai monyet, entah bagaimana sebab musababnya bisa diberi nama seperti itu penulis belum pernah sempat bertanya kepada penduduk sekitar. Jembatan kali kethek menyimpan jutaan kenangan bagi penduduk Tuban dan Bojonegoro, terutama yang berada di sekitarnya. Apabila banjir terjadi, hampir seluruh rumah yang berada di bawahnya terendam air luapan Bengawan Solo dan hanya Jembatan kali Kethek-lah yang masih menunjukkan kekokohannya. 
Jembatan Kali Kethek  memiliki eksotismenya sendiri. Bayangan shiluet jembatan ketika matahari akan terbenam merupakan pemandangan yang sangat indah dan menentramkan. Jembatan ini menjadi saksi bisu atas hidup-mati perjuangan rakyat Bojonegoro dan Tuban. Setiap silangan-silangan baja yang ada padanya memiliki cerita masing-masing. 
Di balik cerita indahnya Jembatan Kali Kethek juga memiliki banyak cerita menyedihkan. Jembatan Kali Kethek ini, hingga kini masih dianggap sebagai tempat favorit bagi mereka yang putus asa dalam hidup untuk meregang nyawa. Banyak kasus bunuh diri terjadi di sini. Bisa dibilang inilah Golden Gate-nya Bojonegoro, tempat terindah untuk melepas masalah, bunuh diri.
Seperti itulah, Bojonegoro - Bengawan Solo - Jembatan Kali Kethek, tak bisa dipisahkan.

Senin, 21 Maret 2011

Sejenak Melepas Penat di Masjid Agung Ngawi

Ngawi bisa disebut sebagai kota transit. Letaknya yang berada di jalur utama Jawa Tengah - Jawa Timur membuat kota ini sering dipilih sebagai tempat istirahat ketika perjalanan jauh.
Masjid Agung Ngawi memiliki nama resmi Masjid Agung Baiturrohman - Ngawi. Masjid yang cukup megah ini sangat cocok bila digunakan untuk sejenak melepas lelah ketika perjalanan. Masjid Agung Ngawi terletak agak tersembunyi, tidak seperti masjid-masjid agung di daerah lain. Letaknya tidak berada di tepi jalur utama Jateng - Jatim, namun agak masuk ke arah alun-alun kota sekitar satu kilometer.
Suasana sejuk dan sepi menjadi nuansa utama masjid ini pada pagi hari. sedangkan pada siang hingga sore hari, nuansa ramai dan santai akan menggantikan suasana yang sepi tadi.
Sembari beristirahat, kita bisa menikmati beberapa makanan khas Jawa Timur yang dijual di sekitar alun-alun Kota Ngawi.

Kungsen – TPI Loh Gung, Tuban. TPI di Ujung Timur Tuban


TPI atau tempat pelelangan ikan yang satu ini merupakan TPI yang berada di ujung aling timur kabupaten Tuban. Tepatnya terletak di Desa Karangagung Kecamatan Palang. Akses ke TPI sangat mudah karena terletak tepat di utara jalan Deandels di perbatasan Tuban-Lamongan. TPI ini termasuk TPI yang cukup besar bila dibandingkan dengan TPI-TPI lain di Kabupaten Tuban. Walaupun masih kalah besar dengn TPI Blimbing di Lamongan yang bisa dikatakan sebagai TPI Nasional. TPI ini juga Disebut Kungsen karena di sini merupakan tempat bersandar atau beristirahat bagi perahu-perahu nelayan yang sedang tidak melaut. Cukup banyak kapal di sini, jumlahnya mungkin mencapai ratusan, dan rata-rata berukuran kecil hingga sedang. Adapun nama TPI ini adalah Loh Gung, Loh berasal dari bahasa jawa eluh yang berarti air mata, dan gung berasal dari kata agung yang berarti menggenang, hal ini berarti Loh Gung mengandung arti mata air yang menggenang. Penulis belum sempat bertanya bagaimana asal-usul tempat ini bisa disebut Loh Gung, entah air mata siapa saat itu penulis belum tahu.
Di TPI Loh Gung kita bisa langsung membeli ikan tangkapan nelayan di pagi hari, dijamin ikan yang dijual di sini masih segar karena pada pagi hari para nelayan baru pulang dari melaut. Jika kita ingin, kita bisa sekalian minta dipanggangkan atau dibakarkan ikan yang telah kita beli kepada peduduk di sekitar yang sedang membuat ikan panggang. Jika tidak ingin repot tentu saja lebih baik membeli langsung ke tukang bakar, tidak perlu susah-susah membeli di pelelangan. Laut Tuban cukup kaya dengan ikan. Berbagai macam ikan dijual di sini sesuai hasil tangkapan nelayan mulai dari tongkol, layur, cumi, udang laut, teri, ikan pari, dan bahkan kadang hiu juga.
hmmm... jadi lapar.

KAWIS – Buah Khas Pegunungan Kendeng Utara



Pernah mendengar buah ini sebelumnya? Wajar jika anda baru sekali ini mendengar nama buah ini. Kawis, begitulah biasnya masyarakat Tuban dan sekitarnya menyebut buah berkulit keras ini. Kawis yang memiliki nama latin Limonia acidissima ini memiliki kulit buah yang keras seperti tempurung kelapa. Bagian dalamnya berwarna coklat seperti warna buah asam yang telah matang, namun berbiji kecil-kecil seperti jambu biji. Buah ini benar-benar seperti asil persilangan buah jambu biji dan asam, meskipun kenyataannya tidak demikian. Buah kawis memiliki karakter rasa asam namun tidak basah. 
Kawis biasa dikonsumsi sebagai minuman. Jarang sekali orang menikmatinya secara langsung. Es kawis memiliki rasa segar yang khas yang tidak dijumpai pada buah-buah yang lain. Sebenarnya, pusat daerah tumbuh pohon kawis yang utama adalah di Kabupaten Rembang yang secara langsung berbatasan dengan Kabupaten Tuban. Bahkan, di Rembang buah kawis digunakan untuk memproduksi sirup kawis yang saat ini dijadikan oleh-oleh khas kota Kartini itu. Namun demikian, kawis bukanlah sesuatu yang asing bagi warga jawa timur khusunya Tuban. Kawis telah sekian lama melekat dalam kehidupan masyarakat Tuban. Untuk mengobati kerinduan akan buah kawis, biasanya orang akan membeli buah kawis atau sirupnya untuk dibawa ke perantauan. Bila anda ingin langsung menikmati segarnya buah kawis ini jangan segan untuk sejenak mampir di Tuban untuk menikmati rasa khasnya secara langsung. Dijamin anda akan langsung jatuh cinta dengan buah bernama kawis ini. 
Hahaha jadi kangen minum es kawis di atas bukit sambil merasakan hembusan angin kering yang menuju laut...

Minggu, 13 Maret 2011

Tuban - Pintu Pesona Jatim Di Pantura

Bagi anda yang sering melakukan perjalanan melewati jalur Pantai Utara Jawa sudah pasti tidak asing lagi dengan Kota yang satu ini. Tuban merupakan kabupaten pintu masuk menuju Propinsi Jawa Timur di sebelah utara. Tuban merupakan kota yang penting pada masa kerajaan Majapahit. Pelabuhannya merupakan pelabuhan internasional kala itu.
Sebagai bagian dari Jawa Timur, Tuban memiliki sejuta potensi, termasuk dalam bidang pariwisata. Kota ini memiliki banyak julukan, diantaranya Kota Wali, Kota Seribu Goa, Bumi Ronggolawe, hingga Kota Tuak.

Tuban memiliki garis pantai yang panjangnya hingga 65 Km. Sebagian tanahnya berupa karst atau pegunungan kapur yang banyak menyimpan sumber daya alam. Pegunungan di Tuban masih menyimpan banyak eksotisme yang belum terekspos. Silahkan baca hal lain tentang pesona Tuban pada postingan yang lain. Selamat menikmati.